ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI



KONSEP IPTEK DALAM ISLAM
Dari perspektif filsafat ilmu, antara ilmu dan pengetahuan berbeda maknanya. Ilmu adalah pengetahuan yang telah diklasifikasikan, disistematisasi, dan diinterpretasikan sehingga menghasilkan kebenaran objektif, serta sudah diuji kebenarannya secara ilmiah. Sedangkan pengetahuan adalah apa saja yang diketahui oleh manusia atau segala sesuatu yang diperoleh manusia, baik melalui panca indra, intuisi, pengalaman maupun firasat.
Jadi, ilmu pengetahuan (sains) adalah himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat diterima oleh akal.
Dalam pemikiran sekuler, sains mempunyai tiga karakteristik, yaitu objektif, netral dan bebas nilai. Sedang dari perspektif Islam, sains tidak boleh bebas nilai, baik nilai lokal maupun nilai universal.

Sumber ilmu pengetahuan
Dari perspektif Islam, ada dua sumber ilmu, yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak boleh dipertentangkan. Ilmu yang bersumber dari wahyu Allah bersifat abadi (perennial knowledge) dan tingkat kebenarannya mutlak (absolute). Sedangkan ilmu yang bersumber dari akal pikiran manusia bersifat perolehan (aquired knowledge) dan tingkat kebenarannya nisbi (relative). Itu sebabnya tidak ada istilah final dalam suatu produk ilmu pengetahuan, sehingga setiap saat selalu terbuka kesempatan untuk melakukan kajian ulang atau perbaikan kembali.

Teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan dan kenyamanan manusia. Dengan demikian, mesin atau alat canggih yang dipergunakan bukanlah teknologi, tetapi merupakan hasil dari teknologi.

Temuan-temuan baru dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), mestinya membuat manusia semakin mendekatkan diri kepada Allah, bukan semakin angkuh dan menyombongkan diri.

Sumber pengembangan iptek dalam Islam adalah wahyu Allah. Iptek yang islami selalu mengutamakan dan mengedepankan kepentingan orang banyak dan kemaslahatan bagi kehidupan manusia. Untuk itu iptek dalam pandangan Islam tidak bebas nilai.

Integrasi Iman,Ilmu Dan Amal
QS. 14: 24-25 telah memberikan ilustrasi yang indah tentang integrasi antara iman, ilmu dan amal. Dienul Islam laksana sebatang pohon yang rindang. Iman ibaratkan akar yang menopang tegaknya pohon. Ilmu ibaratkan batang pohon yang mengeluarkan dahan dan cabang. Sedangkan amal ibaratkan buah dari pohon itu sendiri.
Iptek yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal shaleh. Perbuatan baik tidak akan bernilai amal shaleh, apabila perbuatan baik itu tidak dibangun di atas nilai-nilai iman dan ilmu yang benar.
Iptek yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah, serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan alam lingkungannya, bahkan akan menjadi malapetaka bagi kehidupan manusia

Keutamaan Orang Yang Berilmu
QS. 58: 11 menjelaskan tentang janji Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu. Derajat itu bisa berupa kemuliaan pangkat, kedudukan, jabatan, harta dan kelapangan hidup. Jika manusia ingin mendapatkan derajat yang tinggi dan mulia, manusia harus berupaya semaksimal mungkin meningkatkan kualitas keimanan dan keilmuannya dengan ikhlas dan hanya untuk mencari ridha Allah.
Imam al-Ghazali mengatakan, barang siapa yang berilmu akan dapat membimbing dirinya dan memanfaatkan ilmunya bagi orang lain, bagaikan matahari, selain menerangi dirinya, juga menerangi orang lain. Dia bagaikan minyak kesturi yang harum, dan menebarkan pesona keharumannya kepada orang yang berpapasan dengannya.

Tanggung Jawab Ilmuan Kepada Alam Lingkungan
Ada dua fungsi utama manusia di dunia, yaitu sebagai hamba Allah (abdun) dan sebagai khalifah Allah di bumi. Essensi dari abdun adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah. Sedangkan essensi dari khalifah adalah tanggung jawab terhadap dirinya dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam.
Dalam konteks abdun, manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah, yang memiliki konsekuensi adanya keharusan untuk taat dan patuh kepada-Nya. Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah, sebagai penciptanya, akan menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan oleh sang pencipta kepadanya. Dengan hilangnya rasa syukur, mengakibatkan manusia menghambakan diri kepada selain Allah, termasuk menghambakan diri kepada hawa nafsunya. Keikhlasan manusia menghambakan diri kepada Allah, akan mencegah penghambaan manusia kepada sesama manusia termasuk kepada dirinya.
Fungsi yang kedua adalah sebagai khalifah di muka bumi. Dalam posisi ini manusia mempunyai tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungan hidup tempat mereka tinggal. Manusia diberikan kebebasan untuk mengeksploitasi sumberdaya alam, serta memanfaatkannya untuk kemaslahatan umat, asal tidak dengan cara berlebih-lebihan dan melampaui batas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages