Agama Dan Toleransi Beragama

Pengertian Agama
Pengertian agama dapat dilihat dari sudut etimologi (bahasa) dan terminologi (istilah). Mengartikan agama dari sudut etimologi lebih mudah daripada mengartikan agama dari sudut terminologi, karena pengertian agama dari sudut terminologi ini sudah mengandung muatan subjektivitas dari orang yang mengartikannya.
James H. Leuba, mengumpulkan semua definisi yang pernah dibuat orang tentang agama, tak kurang dari 48 teori. Namun ia akhirnya berkesimpulan, bahwa usaha untuk membuat definisi agama itu tak ada gunanya, karena hanya merupakan kepandaian bersilat lidah saja. (Abudin Nata, 1995:7).
A. Mukti Ali mengatakan, barangkali tidak ada kata yang paling sulit diberi pengertian selain dari kata agama, dengan alasan:
pengalaman agama adalah soal batin, subjektif dan sangat individualis sifatnya.
barangkali tidak ada orang yang begitu bersemangat dan emosional daripada orang yang membicarakan soal agama.
konsepsi tentang agama dipengaruhi oleh tujuan dari orang yang memberikan definisi tersebut. (A. Mukti Ali, 1971:4)
Pengertian agama dari sudut etimologi, dalam masyarakat Indonesia, selain kata agama, dikenal pula kata din yang berasal dari bahasa Arab dan kata religi yang berasal dari bahasa Latin.
Menurut satu pendapat kata agama berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu tersusun dari dua kata, a=tidak dan gam=pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi secara turun temurun.
Ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci. Setiap agama memang mempunyai kitab suci. Agama juga berarti tuntunan. Pengertian ini menggambarkan bahwa salah satu fungsi dari agama adalah sebagai tuntunan bagi kehidupan manusia.
Selanjutnya, din dalam bahasa Semit berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab kata din berarti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan dan kebiasaan. Pengertian ini sejalan dengan kandungan agama yang di dalamnya terdapat peraturan-peraturan yang merupakan hukum, yang harus dipatuhi oleh penganut sesuatu agama.
Adapun kata religi berasal dari bahasa Latin. Menurut satu pendapat, asal kata religi adalah relegere yang berarti mengumpulkan dan membaca. Pengertian ini sejalan dengan isi agama yang mengandung kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan yang terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Tetapi menurut pendapat lain, bahwa kata itu berasal dari kata religare yang berarti mengikat. Setiap ajaran agama memang mempunyai sifat mengikat bagi manusia, yaitu ikatan antara manusia dengan Tuhan
Dari berberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa intisari yang terkandung dalam istilah-istilah di atas ialah ikatan. Agama mengandung ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi oleh manusia (penganut sesuatu agama). Ikatan ini besar sekali pengaruhnya terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia, yaitu satu kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap oleh panca indera. (Harun Nasution, 1985:9-10)

Pengertian agama dari sudut terminologi:
Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi;
Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia;
Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia;
Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu;
Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib;
Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber dari suatu kekuatan gaib;
Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia;
Ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.(Harun Nasution, 1985:9-10)

Dari beberapa definisi tersebut di atas, dijumpai ada empat unsur yang menjadi karakteristik agama sebagai berikut:
unsur kepercayaan terhadap kekuatan gaib;
unsur kepercayaan bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia ini dan di akhirat nanti tergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud;
unsur respons yang bersifat emosional dari manusia
unsur paham adanya yang kudus dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib, kitab suci yang mengandung ajaran-ajaran agama yang bersangkutan, tempat-tempat tertentu, peralatan untuk menyelenggarakan upacara dan sebagainya. (Harun Nasution, 1985:11)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil perenungan manusia yang terkandung dalam kitab suci, yang diwariskan secara turun temurun oleh satu generasi ke generasi berikutnya, dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat, yang di dalamnya mencakup unsur kepercayaan kepada kekuatan gaib, yang menimbulkan respons emosional dan keyakinan bahwa kebahagiaan hidup tersebut bergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib tersebut.

Dari kesimpulan tersebut dijumpai ada lima aspek yang terkandung dalam agama.
aspek asal usulnya;
aspek tujuannya;
aspek ruang lingkupnya;
aspek pemasyarakatannya dan
aspek sumbernya.

Mengapa manusia beragama
Sekurang-kurangnya ada tiga alasan yang melatarbelakangi perlunya manusia terhadap agama;
karena fitrah manusia;
Dalam bukunya yang berjudul Perspektif Manusia dan Agama, Murthada Muthahhari mengatakan, disaat berbicara tentang para nabi, Imam Ali AS menyebutkan bahwa mereka diutus untuk mengingatkan manusia kepada perjanjian yang telah diikat oleh fitrah mereka, yang kelak mereka akan dituntut untuk memenuhinya.

Firman Allah :“Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetapkanlah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dengan fitrah itu”. (QS. Al-Rum, 30:30)

Manusia secara fitri merupakan makhluk yang memiliki kemampuan untuk beragama. Ini sejalan dengan petunjuk nabi dalam salah satu haditsnya yang mengatakan bahwa “Setiap anak yang dilahirkan memiliki fitrah (potensi beragama), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi”.

karena tantangan manusia.
Manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar dirinya. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan syaitan (QS. 12:5, 17:53). Sedangkan tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia, yang sengaja berupaya ingin memalingkan manusia dari Tuhan. Mereka dengan rela mengeluarkan biaya, tenaga dan pikiran yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan, yang di dalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari Tuhan.

Fungsi Agama Bagi Manusia
memberi petunjuk dalam kehidupan, baik hidup di dunia maupun hidup di akhirat,
menentramkan batin,
memberi pertolongan dalam menghadapi kesulitan dan kesukaran hidup,
membimbing moral dan menghindarkan manusia dari segala gangguan kejiwaan
membina mental yang baik dan mulia.

Islam Agama Rahmat Bagi Seluruh Alam
Tanggapan bangsa Arab jahiliyah terhadap dakwah yang disampaikan oleh Rasulullah saw adalah sikap heran, aneh dan ganjil. Islam dianggap sebagai ajaran yang menyimpang dari tradisi leluhur yang telah mendarah daging bagi bangsa Arab, yang telah mereka taati secara turun temurun, dan mereka tidak mau tahu apakah tradisi itu salah atau benar. (QS. 2: 170)

Kata Islam berarti damai, selamat, penyerahan diri, tunduk dan patuh. Pengertian ini menunjukkan bahwa agama Islam adalah agama yang mengandung ajaran untuk menciptakan kedamaian, kerukunan, keselamatan dan kesejahteraan bagi kehidupan umat manusia khususnya, dan semua makhluk Allah pada umumnya, bukan sebaliknya. Inilah yang disebut fungsi Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin).

Substansi rahmatan lil alamin terletak pada fungsi ajarannya. Fungsi itu baru akan wujud dan dapat dirasakan oleh manusia maupun oleh makhluk-makhluk yang lain, jika manusia sebagai pengemban amanat Allah telah menjalankan ajaran Islam secara benar dan kaffah.

Bentuk-Bentuk Ke Rahmatan Allah Pada Ajaran Islam
Islam menunjuki manusia jalan hidup yang benar
Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan potensi yang dimilikinya secara bertanggung jawab
Islam menghormati dan menghargai manusia sebagai hamba Allah, baik muslim maupun tidak.
Islam mengatur pemanfaatan alam secara baik dan proporsional.

Ukhuwah
Ukhuwwah berarti persaudaraan. Maksudnya, adanya perasaan simpati dan empati antara dua orang atau lebih, yang masing-masing pihak memiliki perasaan yang sama, baik suka maupun duka, baik senang maupun sedih.

Dalam ukhuwwah, jalinan perasaan itu menimbulkan sikap timbal balik untuk saling membantu bila pihak lain mengalami kesulitan, dan sikap saling membagi kesenangan kepada pihak lain yang mengalami kesulitan, serta sikap saling membagi kesenangan kepada pihak lain bila salah satu pihak menemukan kesenangan.

Macam-macam Ukhuwwah
Ukhuwwah Islamiyah, persaudaraan yang berlaku antar sesama umat Islam, atau persaudaraan yang diikat oleh akidah/keimanan, tanpa membedakan golongan, ras dan warna kulit.

Ukhuwwah Insaniyah, persaudaraan yang berlaku pada semua manusia secara universal tanpa membedakan agama, ras dan warna kulit. Maksudnya, sebagai manusia kita harus dapat memanusiakan manusia dan memandang orang lain dengan penuh rasa kasih sayang, selalu melihat kebaikannya bukan kejelekannya.
Ukhuwwah Wathaniyah, persaudaraan yang diikat oleh jiwa nasionalisme/kebangsaan tanpa membedakan agama, suku, warna kulit, adat istiadat dan budaya.
Pentingnya Ukhuwwah
Ukhuwwah menjadi pilar kekuatan Islam.
Ketinggian dan kehebatan Islam akan menjadi realita, apabila umat Islam mampu menegakkan ukhuwwah terhadap sesamanya, memperbanyak persamaan dan memperkecil perbedaan. Tegak dan terjalinnya ukhuwwah menjadi syarat utama kekuatan Islam
Bangunan ukhuwwah yang solid, memudahkan terbangunnya masyarakat madani.

Masyarakat madani adalah masyarakat yang ideal, yang memiliki karakteristik, yaitu menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan, kedamaian, kerukunan, saling tolong-menolong, toleran, seimbang, berperadaban tinggi dan berakhlak mulia. Masyarakat madani akan wujud, bila masyarakat memiliki ketulusan, keikhlasan dan kemauan yang tinggi untuk merajut dan membangun simpul ukhuwwah yang sudah terkoyak.
Ukhuwwah merupakan bagian terpenting dari iman
Iman tidak akan sempurna tanpa disertai dengan ukhuwwah, dan ukhuwwah tidak akan bermakna tanpa dilandasi keimanan.
Ukhuwwah merupakan benteng dalam menghadapi musuh-musuh Islam

Penyakit Ukhuwwah
Pemahaman Islam yang tidak konprehensif dan kaffah
Umat Islam masih parsial dalam mengkaji Islam, belum integral dan belum kaffah, sehingga mereka cenderung mencari perbedaan yang tidak prinsip daripada kesamaannya. Pemahaman yang seperti inilah yang sering menjadi embrio munculnya permusuhan terhadap sesama umat Islam.
Fanatisme yang berlebihan
Sikap fanatik yang berlebihan dengan mengagung-agungkan kelompoknya, menganggap kelompoknya yang paling benar, paling baik dan meremehkan kelompok lain, padahal masih satu agama. Ini bisa merusak tali ukhuwwah sesama umat.
Kurang toleran
Kurangnya sikap toleran atau sikap saling menghargai dan menghormati terhadap perbedaan-perbedaan pendapat yang terjadi, sehingga menutup pintu dialog secara terbuka dan kreatif, juga menjadi penghalang dalam merajut ukhuwwah.
Suka bermusuhan
Ini merupakan penyakit ukhuwwah yang sangat berbahaya. Jika hati manusia sudah dirasuki sifat hasat, dengki dan iri hari, yang ada dalam hatinya adalah dendam dan permusuhan

Upaya mewujudkan Ukhuwwah
-Secara terus menerus melakukan kegiatan dakwah Islamiyah terhadap umat Islam, tentang pentingnya menjalin ukhuwwah.
Berusaha meningkatkan frekuensi silaturrahmi, saling mengujungi, saling bertegur sapa, baik dalam forum formal maupun informal, terutama kepada mereka yang memutuskan hubungan baik dengan kita.
-Memperbanyak dialog intern maupun antar umat beragama untuk menyamakan persepsi terhadap setiap permasalahan yang muncul, dalam arti kata mencari persamaan bukan perbedaan.
Menghimbau semua umat umat beragama, terutama umat Islam, untuk senantiasa meningkatkan iman dan takwa. Jika umat beragama sudah beriman dan bertakwa, mereka cenderung melakukan kebaikan dan kebenaran.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages